Aku melihatnya..
setiap kali dia pandangi aku dan rasakan hangatku..
Aku mengingatnya..
setiap pagi dan rekahan senyum itu
memang berbeda,
semua keadaan tak akan pernah menjadi sama
Termasuk dia..
manusia yang terpilih untuk menjadi bagianku
Memang beda, perasaan
ini memang nyata
Tapi mengapa sungguh
memberat dan kaku untuk dituangkan lagi?
Seakan semua pijakan
yang selama ini mendasari hubungan ini bisa mengental dan mengeras..
Oh Tuhan.. aku
memang tak pernah tau rencana yang Kau buat
Tapi sekali lagi, aku
hanya tidak ingin menyakiti
Kejenuhan ini..
bukan. Bukan rasa jenuh. Tapi.. ini adalah sebuah kerinduan akan masa-masa
itu..
Masa dimana aku dan
dia berjalan beriringan dan semua menjadi cerah
Bukan seperti ini.
Yang saling menjaga dan terlalu menjaga
Sampai tak ada
sepatah kata pun yang dituangkan selain kata-kata cinta juga rindu
Aku.. aku tak pernah
menyesali apa yang telah terjadi saat ini. Aku hanya merasa kehilangan akan apa
yang telah aku dapat sebelumnya..
Dia ada untuk
mencerahkan lagi jiwa yang pernah merasa sangat mati ini
Yang mungkin sudah
terlalu pudar untuk kembali dibuat nyata
Tuhan.. seandainya
pun kelak ku tak bisa buat dia bahagia, kali ini saja.. hanya kali ini aku
ingin buatnya bangkit lagi, seperti apa yang telah ku buat dulu
Dan.. setelah itu,
mungkin aku ingin dia menjadi suatu yang bisa diterima dunia..
Aku tau aku tak
pantas menghakimi siapa pun di sini, yang aku tau dan yang aku mengerti.. dia
memang berbeda..
Dia ada hanya untuk
dunia nya sendiri..
Dia mencoba
memasukan ku berulang kali hingga dia mengerti, dia lah yang sebenarnya tak
sengaja masuk ke dunia ku
Dunia yang aku
maksud di sini adalah sifat dan budaya dalam keseharian ku
Yang aku ceritakan
di sini hanya sebatas yang ku tau dan aku sadar dan paham betul, jika apa yang aku
ketahui tak sebanyak yang mereka ketahui..
Tapi, apa salah
Tuhan?
Apa salah jika aku
menginginkan dia seperti yang aku mau?
Yang aku pikir itu
lebih positive dan bermanfaat ketimbang dia yang sekarang?
Aku sedih melihatnya
yang selalu berada dalam bayang-bayang keterpurukkan masalalu seperti ini..
Aku khawatir, aku
takut dia akan terus seperti ini..
Aku hanya
menginginkan yang terbaik untuk nya
Aku ingin dia bisa
mendapatkan yang sepantasnya
Minimal yang orang
lain dapatkan
Aku mencintainya
Tuhan..
Aku mencintainya
karena aku mencintai-Mu..
Tak ada yang aku
tuntut darinya.. karena aku mengenalnya lebih dari itu
Aku menyukainya dari
sikap dan sifat naturalnya
Tapi tidak hanya aku
yang berada di sekelilingnya.. ada mereka
Para manusia yang
hanya bisa bicara di balik dinding
Mereka menghakiminya
bak orang aneh yang tersasar dalam wahana teknologi
Miris.. sungguh
nanar mata ku setiap kali aku dengar dan lihat itu dalam bayang kelabu
Sekali ini saja..
aku mohon Tuhan..
Aku minta beri aku
petunjuk entah lewat apapun itu bentuknya
Aku.. aku hanya
manusia yang sering kali kehabisan akal dan ide untuk itu
Bahkan, aku pun
sering lupa bagaimana caranya untuk menangis disaat sebagian dunia ini mengajak
ku tertawa, dan sebagian lain memaksaku untuk menangis
Aku hanya tak akan
pernah rela, jika mereka yang sepantasnya ku bagi bahagia. Malah justru turut
berduka saat ku keluarkan air mata
Hanya seorang
pengecut, yang terus menerus larut dalam kesedihan
Memang penyesalan
itu selalu terlambat untuk disadari,
Tapi untuk apa sebuah
kesadaran tanpa usaha untuk merubahnya?
Tak ada lagi
ungkapan ‘coba saja, jika..’ atau ‘dulu..’
Yang hanya ada saat
ini dan hari esok
Semua kegagalan
masalalu beserta antek-anteknya, hanya patut tertulis sebagai kenangan..
Tuhan.. jika pun
suatu hari nanti Kau benar-benar inginkan aku tuk kembali, sebelum hari itu..
aku inginkan sesuatu
Untuk ayah..
aku tau begitu
mulianya beliau di sana..
Begitu gelisahnya
saat dia harus mengantarkan aku di ujung jalan itu
Begitu khawatirnya
dia saat melihat ku menjalani hari baru di sini
Sedang dia tak
pernah sekali pun berusaha berkata bahwa dia menyayangiku
Atau pun sekali saja
dia ucapakan “selamat ulang tahun” disaat usia ku bertambah
Yang dia tau, dia
percaya bahwa aku bisa melakukannya sendiri
Bahwa sudah saatnya
aku menata hidup baru di sini
Bahwa aku adalah
putrinya yang beliau kasihi walau dengan tanggung jawab tinggi
Aku sayang dia
Tuhan.. aku begitu menyayanginya
Setiap kali ku lihat
photo keluarga dan kenangan sebelum photo itu diambil
Sungguh ku rindukan
saat-saat itu Tuhan..
Untuk bunda..
Aku.. aku tak bisa
mendeskripsikan kata-kata yang ingin aku sampaikan
Setiap kali ku
ingat.. dan saat mengetik secarik cerita ini pun air mata ku menets deras dan
sesak
Aku.. aku sayang
bunda..
Aku kangen bunda..
Aku kangen dimarahi
disetiap pagi jika ku telat bangun tidur
Dan
semarah-marahnya, dia tak pernah sekali pun membenci ku
Segelas susu dan
beberapa roti juga nasi di kotak makan selalu sudah siap di meja makan..
Aku rindu untuk
mencium tangan mu bunda.. aku rindu untuk berpamitan dan meminta uang saku
padamu dengan memanja..
Bahkan hingga ku
duduk di bangku SMA, saking cemas dan khawatirnya jika aku sakit, sering kali
kau suapi aku ditengah malam saat ku sedang mengerjakan pr ku
Aku rindu bunda..
Aku rindu saat aku
menjahilimu saat kau memasak..
Aku rindu berbagi
tawa dengan mu
Tak ada yang dapat
menyamai dirimu di sini bunda
Kau lah satu-satunya
wanita sempurna yang perah ku kenal
Kau tak pantas untuk
bersusah-susah di sana sedang ku bersenang-senang di sini
Aku akan berusaha
juga bunda
Akan ku bawa gelar
sarjana teknik saat ku pulang 4 tahun nanti
Akan ku bahagiakan
engkau dan mengajak kau ke tempat yang kau sukai
Akan ku belikan
engkau dengan semua benda dengan warna kesukaan mu
Akan ku hiasi segala
penjuru rumah dengan mawar merah kesukaanmu
Tapi yang paling
penting adalah akan ku bagi seluruh cinta, kasih, juga sisa waktu ku untuk
tetap membuatmu tersenyum..
Aku takut bunda,
jika suatu saat Tuhan memanggil ku, aku tak bisa merasakan pelukan terakhirmu..
Aku takut bunda,
jika suatu saat aku merasa sangat sakit dan tak ada yang mengerti aku sebaik
kau merawatku
Aku.. aku sayang kau
bunda..
Tuhan.. telah begitu
banyak rangkaian kata ini..
Tapi hanya sedikit
saja yang dapat mewakili perasaan ku
Tapi yang aku tau
Inilah cara ku untuk
mengungkapakm sesuatu
Bukan lagi dengan
amarah eperti dulu, tapi dengan keihklasan dan tetap berpikir ke arah yang
sepatutnya